SELAMAT BERKUNJUNG DI BLOG KAMI

08 Mei 2009

Missed Call

Missed Call
Oleh Lia Octavia
Menjadi bermanfaat bagi orang lain adalah filosofi hidup Ahmad, lelaki separuh baya yang bekerja sebagai sopir pribadi di ibukota. Ia tahu benar, sangat sulit mendapatkan pekerjaan di jaman sekarang ini, sehingga ia sangat bersyukur ada seorang berkebangsaan asing yang mempekerjakannya sebagai sopir pribadi. Walau gaji yang diterima setiap bulan hanya cukup menghidupi keluarganya selama minggu-minggu pertama awal bulan, Ahmad berusaha keras untuk tidak mengeluh dan senantiasa bersyukur atas apa pun yang diterima.

Sebagai seorang sopir pribadi yang harus selalu siap mengantar sang majikan kemana pun, jam kerja Ahmad boleh dibilang tidak ada batasnya. Selepas subuh ia sudah berangkat ke rumah majikan untuk membersihkan dan mempersiapkan mobil yang akan dipergunakan. Setelah semuanya beres, ia harus siap menunggu missed call dari majikan. Untuk memperlancar dan mempermudah komunikasi, Ahmad dibelikan handphone sejak hari pertama ia bekerja. Bukan saja sang majikan tidak perlu menggunakan jasa “car calling” untuk memanggilnya dari tempat parkir mobil, tetapi juga Ahmad dapat dipanggil kapan saja, di mana saja. Pagi, siang, sore atau malam. Di rumah atau di kantor. Hari libur atau hari kerja.



Pagi hari Ahmad mengantar anak majikan ke sekolah. Setelah itu ia harus siap siaga kapan saja mendapat missed call dari majikan untuk mengantar atau menjemputnya. Ke kantor, ke gedung-gedung perkantoran di pusat bisnis ibukota, ke bank, ke pusat-pusat perbelanjaan terkemuka, ke rumah makan yang terkenal, ke hotel berbintang, ke pusat kebugaran, ke bandara dan lain sebagainya.



Sering juga missed call dari majikan menjadi tantangan tersendiri buat Ahmad. Missed call-missed call dari majikan yang tak kenal waktu. Saat sedang makan, ia mendapat missed call. Saat sedang tidur, ia mendapat missed call. Saat sedang libur akhir pekan atau hari-hari besar nasional, ia mendapat missed call.



Apakah kehidupan pribadi dan keluarganya terganggu karena missed call-missed call dari majikan? Ahmad menjawab ringan bahwa itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung dari pekerjaannya sebagai sopir pribadi. Bukankah itu maksud dan tujuan majikannya membelikan Ahmad handphone? Tidak ada seorang majikan pun di muka bumi ini yang membelikan sopirnya handphone kalau handphone itu tidak berguna bagi majikan itu sendiri. Kecuali sang majikan ingin beramal atau bersedekah atau memberikan bonus kepada sopirnya.



Hingga suatu hari, ketika tidak sekali pun Ahmad mendapat missed call dari majikan, ia sangat kebingungan. Seperti ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Ia merasa majikan tidak membutuhkan dirinya lagi. Merasa tidak berguna. Tidak bermanfaat. Untuk apa menyetir mobil sendiri kalau ada sopir yang siap melayani? Ahmad benar-benar merindukan saat-saat dimana ia mendapat missed call saat ia tengah asyik makan, saat ia sedang tidur dan saat sedang libur akhir pekan atau hari-hari besar nasional. Karena dengan missed call-missed call itulah, ia merasa dibutuhkan dan menjadi bermanfaat bagi orang lain.